Amsterdam view from Amsterdam Tower

Amsterdam view from Amsterdam Tower
The view from Amsterdam Tower

Monday, December 5, 2016

Setahun berlalu (time flies)

Gedung tempat kursus Bahasa Belanda, Jordaan, Amsterdam

Setahun berlalu, and here is my second autumn...

Cepat atau lambatnya perjalanan waktu, tergantung bagaimana kita menjalaninya. Biasanya ketika senang, waktu berlalu dengan cepat. Waktu serasa lambat jika kita sedang berdiri di antrian panjang, apalagi kalau itu antrian imigrasi di bandara.

Amsterdam map at Amsterdam Tower

Pertama kali mendarat di Amsterdam tahun lalu, musim gugur baru dimulai. Autumn was somehow friendly to me. Musim gugur tahun lalu lebih bersahabat. Masih banyak matahari di bulan September. Saya bersyukur dan bertanya2 sendiri. Maybe it was because of my presence here? Sebagai hadiah untuk cewek tropis, pendatang baru, di negeri kincir angin ini.

Memasuki musim dingin tahun lalupun demikian. Saya mohon agar kawan baru saya bersahabat. Winter, please be friendly with me. Menurut banyak orang, winter tahun lalu itu ngak ada apa2nya. Padahal buat saya dampaknya cukup dahsyat. Saya pernah sakit kuping karena kedinginan. Angin disini dahsyat, sampe masuk kuping bikin kuping cenut2. Berkat mbah Google, saya cari info pengobatan dengan essential oils, kebetulan masih ada stok minyaknya.

Ketika saatnya tiba untuk berkompromi dengan cuaca di Belanda, yaitu dingin dan angin, saya mendaftar di sebuah kursus Bahasa Belanda.

Kenapa setelah setahun baru mau kursus? Alasan kedua adalah karena nunggu cuaca yg tepat! Antara musim semi, musim panas atau musim gugur, karena kalau musim dingin terlalu dingin keluar rumah untuk kelas jam 9 pagi.

Interupsi sedikit, saya pernah kursus Bahasa Perancis di Amsterdam. Ceritanya next time ya, sedih karena gedung tempat kursusnya mau dijual. Hiks.

Akhirnya saya ambil juga kelas di musim gugur. Musim dimana siangnya mulai pendek, malamnya datang lebih awal. Jam 7.30 pagi masih gelap dan jam 4.30 sore mulai gelap. Perasaan musim gugur kali ini dingin banget. Suhu pagi bisa turun sampai 2°C. Jangan2 tahun ini ngak ada musim gugur! Dari musim panas langsung ke musim dingin.

Kalau saya tunda kursus sampai musim dingin berlalu dan musim semi tiba tahun depan, terlalu lama. Furthermore, setelah setahun di kota Amsterdam, saya refleksi diri. Apa saja yang sudah saya lakukan setahun ini?

Alasan pertama? Kebanyakan main dan jalan2! Nanti laporannya saya muat di artikel2 selanjutnya.

Autumn leaves

Sebelumnya saya sempat buat perbandingan antara dua tempat kursus. Satu tempat menyediakan program per bulan, seminggu belajar enam jam. Sementara yang satu lagi dengan program intensif tiga bulan dimana kelasnya duabelas jam per minggu. Kenalan baik saya memberikan masukan. Kelas intensif tiga bulan ini memerlukan komitmen tingkat tinggi. Selain kelasnya tiga jam per hari, PR nya banyak, ngak bisa main2 setelah kelas selesai harus pulang kerumah buat PR. Pesertanya juga semuanya serius. Sebagian mereka adalah yang perlu bisa bahasa Belanda karena pekerjaan atau menikah dengan pasangan orang Belanda sehingga mereka memerlukannya untuk proses asimilasi. Sementara kursus yang per bulan, disana saya akan bertemu teman2 pendatang baru di Amsterdam. Sesama newbie pastinya lebih fun. Finally, I decided to enrol to a course in the city centre of Amsterdam.

Kelas pemula bahasa Belanda yang saya ikuti seru banget. Muridnya ada duabelas orang yg berasal dari duabelas negara yang berbeda! Orang Indonesia, Filipina, Cina, Maroko, India, Swedia, Afrika Selatan, Brasil, Yunani, Inggris, Romania dan Perancis. Hanya gurunya yang orang Belanda.

Apa yang mempermudah belajar bahasa ini? Banyak kata2 bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Belanda. Jadi ngak bolak-balik lihat kamus. Misalnya: wortel, tauge, handuk, rekening, kulkas, knalpot, kantor, apotik, dosen, masih banyak lagi...

Banyak juga kata2 bahasa Belanda yang mirip atau diambil dari bahasa lain, misalnya Inggris atau Perancis. Sekali lagi, ini bikin saya irit ngak perlu cek Google Translate. Misalnya paraplu (parapluie = payung).

Bagian yang bikin pusing? Pertamakali belajar soal jam. Sebenarnya mirip bahasa Indonesia, jam 3.30 dibilangnya jam setengah empat. Tapi yang pusing kalo jam 6.25. Masa dibilang "lima kurang setengah tujuh”.

The lesson is how to survive in daily life: perkenalan, belanja di pasar, bikin janji, pesan makanan di restoran, dll. Setiap sesi, pasti kami di cek dengan pertanyaan2 lisan sama bu guru, pertanyaan lisan ini sembari ngetes kemampuan conversation masing murid. Setiap hari ada PR! Di akhir program ada ujian tertulis dan kami diberikan sertifikat dan rapot berisi angka prestasi masing2.

Mari belajar bahasa Belanda

Selain pelajaran teori di kelas, kami juga ada field trip yang merupakan praktek lisan bahasa Belanda dengan orang-orang sekitar. Field trip juga merupakan kesempatan untuk explore kota Amsterdam. Kami jalan disalah satu sudut kota, sambil memecahkan kuis yang diberikan. Kuis dijawab dengan keadaan di sekeliling kota, dan bertanya dengan orang sekitar. Iya, tanya dengan bahasa Belanda! Seru! Ada juga kecewanya, karena tidak semua orang disini ramah menerima pertanyaan. Mengerti kalau mereka sibuk, jadi ngak mau diganggu. Tapi hal itu ngak mematahkan semangat. Karena lebih banyak orang2 yang baik dan senang sekali ditanya, malah kami gantian diinterview: kalian dari mana, berapa lama tinggal disini, belajar bahasa Belanda ya, mudah kan?

Di akhir field trip, kami mengumpulkan jawaban per kelompok. It was not too bad, kelompok saya dapat juara ke 2! Secara pada saat itu kami baru seminggu belajar bahasa Belanda, juara 2 udah pencapaian maksimal.

Apa motivasi saya belajar bahasa ini?

A. Untuk mempermudah urusan sehari2
B. Suka belajar bahasa asing
C. Untuk bekal masa depan: sekolah/kerja
D. Isi waktu dengan kegiatan positif
E. Cari teman baru
F. Semua benar

Senang dapat teman2 baru. Sepulang les dengan beberapa teman kami bisa jalan bareng ke halte Tram/Bus. Kami ngobrol ngalor ngidul tentang pelajaran hari itu, kesan/pesan tinggal disini, tempat makanan enak, dll. Kadang kami memutuskan untuk makan siang bareng, misalnya makan ramen panas disaat cuaca 2°C disiang hari, hujan rintik2 dan angin semilir. Indomie mana Indomie? 

-------

No comments:

Post a Comment