Amsterdam view from Amsterdam Tower

Amsterdam view from Amsterdam Tower
The view from Amsterdam Tower

Wednesday, February 22, 2017

Salju di Amsterdam

Di bulan Januari, setelah Natal dan Tahun Baru, musim dingin berlanjut. Memang kabarnya musim dingin sebenarnya mulai bulan Januari. Sebagai warga tropis, saya kira musim dingin mulai bulan Desember yang berarti bulan Januari akan membaik. Salah besar dugaan saya...



Oudekerk Aan De Amstel, real feel -7 derajat C

Suhu minus dibawah nol makin sering terjadi. Puncaknya di bulan Februari. Efek dari turunnya suhu yang berkelanjutan adalah salju dan es. Setelah beberapa hari cuaca super dingin, air diluar misalnya di pot atau kolam kecil jadi beku seperti es. Akhirnya turunlah salju di Amsterdam...

Oudekerk Aan De Amstel, real feel -7 derajat C

Terakhir salju turun di Amsterdam adalah beberapa tahun lalu, mungkin 5 tahun lalu. Saat itu canal-canal di Amsterdam jadi beku, sehingga bisa dipergunakan warga kota untuk main ice skating! Seru juga ya main ice skating diatas kali yang beku. Tentunya salju turun di Amsterdam membuat warga kota happy. Apalagi anak-anak, mereka bisa bikin snowman atau orang-orangan dari salju di depan rumah. Mereka juga bisa main dengan snow sledge mereka.

Let it snow!


Memang salju kali ini tidak seheboh dan selama salju 5 tahun lalu. Salju dan es hanya turun beberapa hari. Tapi cukup membuat heboh dan happy juga. Anak-anak cukup bisa buat orang-orangan salju, bisa lempar-lemparan dengan temannya. Seru juga ketika saya naik Tram, kami lewat daerah perumahan dan melihat anak-anak sedang membuat bola-bola salju dengan tangan mereka. Supir Tram kami senyum dan melambaikan tangan ke mereka, kami dibalas dengan dilempari bola-bola salju dengan senyuman lebar! Penumpang Tram ketawa-ketawa aja karena senang juga dapat hiburan gratis...








Di area lain diluar Amsterdam, misalnya di utara dan selatan Belanda. Salju lebih lebat, ada beberapa canal bisa dipergunakan untuk main ice skating!

Daunpun berguguran

Kedengerannya enak ya turun salju. Kenyataannya? Bisa ngebayangin salju turun ditengah hari bolong, dan suhu real feel -7 derajat Celcius. Dari dalam rumah senang lihat salju, putih, cantik, romantis, apalagi kalo sambil minum teh panas Tong Dji tambah pisang goreng. Nikmat.... 

Salju di Amsterdam

Tapi coba kita ada diluar rumah. Keluar rumah harus pakai kaos thermal anti dingin atasan dan bawahan, sweater tebal, jaket tebal, kaos kaki tebal, sepatu boots, sarung tangan, tambah topi. Jalanlah diluar dan salju kena muka bertubi-tubi sampai mata kelilipan. Coba napas, rasakan oksigen dingin masuk sampai ke paru-paru!

Salju sepertinya cocok dengan teh panas!

Setelah salju mencair, masalah timbul. Salju cair berubah jadi air dan pastinya becek dan kotor. Persis seperti efek samping kalo habis hujan deh.

Tanaman pun ketutup salju

Intinya, the bottom line is that, hal-hal yang terlihat indah dimata belum tentu indah dijalani.

Demikian edisi curcol. 


Thursday, January 19, 2017

Musim Dingin di Amsterdam

Musim dingin resminya dimulai 21 Desember lalu, dan akan berlangsung selama tiga bulan. Jadi menghitung hari kapan cuaca lebih hangat...

Saya ngak tahan dingin, mending kepanasan tinggal ikat rambut dicepol daripada kedinginan.

Anyway, cantik juga pemandangan musim dingin. Kita lihat beberapa foto ya...

Ice skating ring di Museumplein

Ketika salju pertama kali turun di Amsterdam,
pertengahan Januari 2017

White trees & the canal

Some ice in the canal

Berpikir positif aja, bersyukur bisa menikmati musim dingin di Eropa. Dulu waktu tinggal di Indonesia, cuma ada musim panas dan musim hujan. Kalo pas hujan dan AC di kantor dingin banget, berkhayal seperti cuaca musim dingin.... Mungkin ini pertanda "my wish comes true", I want to feel the winter and I get it...

Hallo winter, please come and I will bear with you...

Thursday, December 29, 2016

Oliebollen - Jajanan Musim Dingin

Memasuki musim dingin di negeri kincir angin ini cukup menyiksa diri. Karena saya wanita tropis, mending kepanasan daripada kedinginan. Jika harus keluar rumah selama musim dingin ini, artinya saya harus pakai legging thermal melapisi celana jeans saya, baju thermal di dalam sweater saya, sarung tangan tebal, kaos kaki tebal, sepatu boots tinggi sampai dengkul dan yang pasti sama jaket tebal.

Sementara orang-orang Belanda, kalo suhu masih diatas 10 derajat, mereka masih santai aja dengan jeans, jaket tipis dan sepatu olahraga.

Tapi, satu hal yang saya suka dalam musim dingin ini adalah jajanan roti gorengnya alias Olibollen (atau oliebol). Rasanya mirip donat goreng.

Andai Kamu Ada Disini, karya kawan Iwan & Indah Esjepe bersama Oliebollen di Amsterdam

Coba bayangkan donat dibentuk seperti bola, bisa juga ditambahkan kismis, digoreng sampai matang, lalu ditaburi gula bubuk, hmmm.... Dimakannya selagi hangat yaaaa.... Nikmat... Lekker..

Salah satu gerobak Oliebollen

Yuks kita lihat liputan singkatnya: https://youtu.be/TIzDsCEBGMQ


Wednesday, December 7, 2016

Frozen

....When the weather dropped to -3°C and -2°C in the last two days.
The sun appeared a bit later in the day, still it's cold...

Dimana letak Indonesia? Di garis katulistiwa!
Jadi ingat pelajaran IPS jaman sekolah dulu. Pasti ingatlah pertanyaan dan jawaban diatas.

Alhasil, saya terbiasa dengan matahari dan lebih tidak tahan dingin. Jadi cewek tropis macam saya ini jelaslah kedinginan dengan cuaca minus ini... Lebih baik kepanasan daripada kedinginan, itu moto saya. Jadi kalau summer di Belanda ini, orang2 kepanasan di suhu diatas 25°C, saya senyum2 lihat mereka nyaris meleleh. Itu belum ada apa2nya dibanding cuaca "kota (kampung)" halamanku.
Perasaan ini masih Autum deh. Musim semi. Belum masuk Winter. Musim semi aja dingin gini begimane musim dingin, beku kali...

Air panas, jahe, sereh, cengkeh, kayu manis, tambah madu. Mari diseduh...

Icy water in the canal @ Amsterdam Zuid
Kolam kecil ini airnya beku, kelihatan ngak?
Small pond in front of the Buddha statue, can you see the icing water?

Monday, December 5, 2016

Setahun berlalu (time flies)

Gedung tempat kursus Bahasa Belanda, Jordaan, Amsterdam

Setahun berlalu, and here is my second autumn...

Cepat atau lambatnya perjalanan waktu, tergantung bagaimana kita menjalaninya. Biasanya ketika senang, waktu berlalu dengan cepat. Waktu serasa lambat jika kita sedang berdiri di antrian panjang, apalagi kalau itu antrian imigrasi di bandara.

Amsterdam map at Amsterdam Tower

Pertama kali mendarat di Amsterdam tahun lalu, musim gugur baru dimulai. Autumn was somehow friendly to me. Musim gugur tahun lalu lebih bersahabat. Masih banyak matahari di bulan September. Saya bersyukur dan bertanya2 sendiri. Maybe it was because of my presence here? Sebagai hadiah untuk cewek tropis, pendatang baru, di negeri kincir angin ini.

Memasuki musim dingin tahun lalupun demikian. Saya mohon agar kawan baru saya bersahabat. Winter, please be friendly with me. Menurut banyak orang, winter tahun lalu itu ngak ada apa2nya. Padahal buat saya dampaknya cukup dahsyat. Saya pernah sakit kuping karena kedinginan. Angin disini dahsyat, sampe masuk kuping bikin kuping cenut2. Berkat mbah Google, saya cari info pengobatan dengan essential oils, kebetulan masih ada stok minyaknya.

Ketika saatnya tiba untuk berkompromi dengan cuaca di Belanda, yaitu dingin dan angin, saya mendaftar di sebuah kursus Bahasa Belanda.

Kenapa setelah setahun baru mau kursus? Alasan kedua adalah karena nunggu cuaca yg tepat! Antara musim semi, musim panas atau musim gugur, karena kalau musim dingin terlalu dingin keluar rumah untuk kelas jam 9 pagi.

Interupsi sedikit, saya pernah kursus Bahasa Perancis di Amsterdam. Ceritanya next time ya, sedih karena gedung tempat kursusnya mau dijual. Hiks.

Akhirnya saya ambil juga kelas di musim gugur. Musim dimana siangnya mulai pendek, malamnya datang lebih awal. Jam 7.30 pagi masih gelap dan jam 4.30 sore mulai gelap. Perasaan musim gugur kali ini dingin banget. Suhu pagi bisa turun sampai 2°C. Jangan2 tahun ini ngak ada musim gugur! Dari musim panas langsung ke musim dingin.

Kalau saya tunda kursus sampai musim dingin berlalu dan musim semi tiba tahun depan, terlalu lama. Furthermore, setelah setahun di kota Amsterdam, saya refleksi diri. Apa saja yang sudah saya lakukan setahun ini?

Alasan pertama? Kebanyakan main dan jalan2! Nanti laporannya saya muat di artikel2 selanjutnya.

Autumn leaves

Sebelumnya saya sempat buat perbandingan antara dua tempat kursus. Satu tempat menyediakan program per bulan, seminggu belajar enam jam. Sementara yang satu lagi dengan program intensif tiga bulan dimana kelasnya duabelas jam per minggu. Kenalan baik saya memberikan masukan. Kelas intensif tiga bulan ini memerlukan komitmen tingkat tinggi. Selain kelasnya tiga jam per hari, PR nya banyak, ngak bisa main2 setelah kelas selesai harus pulang kerumah buat PR. Pesertanya juga semuanya serius. Sebagian mereka adalah yang perlu bisa bahasa Belanda karena pekerjaan atau menikah dengan pasangan orang Belanda sehingga mereka memerlukannya untuk proses asimilasi. Sementara kursus yang per bulan, disana saya akan bertemu teman2 pendatang baru di Amsterdam. Sesama newbie pastinya lebih fun. Finally, I decided to enrol to a course in the city centre of Amsterdam.

Kelas pemula bahasa Belanda yang saya ikuti seru banget. Muridnya ada duabelas orang yg berasal dari duabelas negara yang berbeda! Orang Indonesia, Filipina, Cina, Maroko, India, Swedia, Afrika Selatan, Brasil, Yunani, Inggris, Romania dan Perancis. Hanya gurunya yang orang Belanda.

Apa yang mempermudah belajar bahasa ini? Banyak kata2 bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Belanda. Jadi ngak bolak-balik lihat kamus. Misalnya: wortel, tauge, handuk, rekening, kulkas, knalpot, kantor, apotik, dosen, masih banyak lagi...

Banyak juga kata2 bahasa Belanda yang mirip atau diambil dari bahasa lain, misalnya Inggris atau Perancis. Sekali lagi, ini bikin saya irit ngak perlu cek Google Translate. Misalnya paraplu (parapluie = payung).

Bagian yang bikin pusing? Pertamakali belajar soal jam. Sebenarnya mirip bahasa Indonesia, jam 3.30 dibilangnya jam setengah empat. Tapi yang pusing kalo jam 6.25. Masa dibilang "lima kurang setengah tujuh”.

The lesson is how to survive in daily life: perkenalan, belanja di pasar, bikin janji, pesan makanan di restoran, dll. Setiap sesi, pasti kami di cek dengan pertanyaan2 lisan sama bu guru, pertanyaan lisan ini sembari ngetes kemampuan conversation masing murid. Setiap hari ada PR! Di akhir program ada ujian tertulis dan kami diberikan sertifikat dan rapot berisi angka prestasi masing2.

Mari belajar bahasa Belanda

Selain pelajaran teori di kelas, kami juga ada field trip yang merupakan praktek lisan bahasa Belanda dengan orang-orang sekitar. Field trip juga merupakan kesempatan untuk explore kota Amsterdam. Kami jalan disalah satu sudut kota, sambil memecahkan kuis yang diberikan. Kuis dijawab dengan keadaan di sekeliling kota, dan bertanya dengan orang sekitar. Iya, tanya dengan bahasa Belanda! Seru! Ada juga kecewanya, karena tidak semua orang disini ramah menerima pertanyaan. Mengerti kalau mereka sibuk, jadi ngak mau diganggu. Tapi hal itu ngak mematahkan semangat. Karena lebih banyak orang2 yang baik dan senang sekali ditanya, malah kami gantian diinterview: kalian dari mana, berapa lama tinggal disini, belajar bahasa Belanda ya, mudah kan?

Di akhir field trip, kami mengumpulkan jawaban per kelompok. It was not too bad, kelompok saya dapat juara ke 2! Secara pada saat itu kami baru seminggu belajar bahasa Belanda, juara 2 udah pencapaian maksimal.

Apa motivasi saya belajar bahasa ini?

A. Untuk mempermudah urusan sehari2
B. Suka belajar bahasa asing
C. Untuk bekal masa depan: sekolah/kerja
D. Isi waktu dengan kegiatan positif
E. Cari teman baru
F. Semua benar

Senang dapat teman2 baru. Sepulang les dengan beberapa teman kami bisa jalan bareng ke halte Tram/Bus. Kami ngobrol ngalor ngidul tentang pelajaran hari itu, kesan/pesan tinggal disini, tempat makanan enak, dll. Kadang kami memutuskan untuk makan siang bareng, misalnya makan ramen panas disaat cuaca 2°C disiang hari, hujan rintik2 dan angin semilir. Indomie mana Indomie? 

-------

Thursday, March 19, 2015

Indonesia and Art Basel Hong Kong

There's nothing more exciting than to see the art works of Indonesian artists at the recent Art Basel.

Entering the 3/F Exhibition Hall and voila, we could see the colorful works of Eko Nugroho. It is so eye catching and couldn't be missed! Every visitors want to take pics there!

Eko Nugroho, he also designed scarf for Louis Vuitton
Eko Nugroho, an artist from Yogyakarta, Indonesia
His works are full of political messages. One of them is saying 'permen dan politik sama2 mengandung pemanis buatan' which literally means 'sweets and politics are both containing the artificial sweeteners'.

Eko Nugroho went to Indonesian Art institute, Yogyakarta

Eko Nugroho's studio is in Bantul, Yogyakarta, Indonesia
 
Selfie @ Eko Nugroho's booth, Art Basel, HK
Check Eko Nugroho's website for more information: Eko Nugroho
 
Other Indonesian artist at the Art Basel is Agus Suwage, an important contemporary artist who was born 1959 in Purworejo, Java, Indonesia.

By Agus Suwage
His masterpiece above has been stickered on Sunday, (day 2 of the exhibition), which means: it's sold! Find him on Facebook Agus Suwage.

By Eddie Hara, it's about Hong Kong
That is Eddie Hara's art work. Indonesian artist who is currently living in Switzerland.

Sukses terus ya seniman2 Indonesia! Damn, I Love Indonesia!