|
Gedung tempat kursus Bahasa Belanda, Jordaan, Amsterdam |
Setahun berlalu, and here is my second autumn...
Cepat atau lambatnya perjalanan waktu, tergantung bagaimana kita
menjalaninya. Biasanya ketika senang, waktu berlalu dengan cepat. Waktu serasa
lambat jika kita sedang berdiri di antrian panjang, apalagi kalau itu antrian
imigrasi di bandara.
|
Amsterdam map at Amsterdam Tower |
Pertama kali mendarat di Amsterdam tahun lalu, musim gugur baru dimulai.
Autumn was somehow friendly to me. Musim gugur tahun lalu lebih bersahabat.
Masih banyak matahari di bulan September. Saya bersyukur dan bertanya2 sendiri.
Maybe it was because of my presence here? Sebagai hadiah untuk cewek tropis,
pendatang baru, di negeri kincir angin ini.
Memasuki musim dingin tahun lalupun demikian. Saya mohon agar kawan
baru saya bersahabat. Winter, please be friendly with me. Menurut banyak orang,
winter tahun lalu itu ngak ada apa2nya. Padahal buat saya dampaknya cukup
dahsyat. Saya pernah sakit kuping karena kedinginan. Angin disini dahsyat,
sampe masuk kuping bikin kuping cenut2. Berkat mbah Google, saya cari info
pengobatan dengan essential oils, kebetulan masih ada stok minyaknya.
Ketika saatnya tiba untuk berkompromi dengan cuaca di Belanda, yaitu
dingin dan angin, saya mendaftar di sebuah kursus Bahasa Belanda.
Kenapa setelah setahun baru mau kursus? Alasan kedua adalah karena nunggu
cuaca yg tepat! Antara musim semi, musim panas atau musim gugur, karena kalau
musim dingin terlalu dingin keluar rumah untuk kelas jam 9 pagi.
Interupsi sedikit, saya pernah kursus Bahasa Perancis di Amsterdam.
Ceritanya next time ya, sedih karena gedung tempat kursusnya mau dijual. Hiks.
Akhirnya saya ambil juga kelas di musim gugur. Musim dimana siangnya
mulai pendek, malamnya datang lebih awal. Jam 7.30 pagi masih gelap dan jam
4.30 sore mulai gelap. Perasaan musim gugur kali ini dingin banget. Suhu pagi bisa
turun sampai 2°C. Jangan2 tahun ini ngak ada musim gugur! Dari musim
panas langsung ke musim dingin.
Kalau saya tunda kursus sampai musim dingin berlalu dan musim semi tiba
tahun depan, terlalu lama. Furthermore, setelah setahun di kota Amsterdam, saya
refleksi diri. Apa saja yang sudah saya lakukan setahun ini?
Alasan pertama? Kebanyakan main dan jalan2! Nanti laporannya saya muat di
artikel2 selanjutnya.
|
Autumn leaves |
Sebelumnya saya sempat buat perbandingan antara dua tempat kursus. Satu
tempat menyediakan program per bulan, seminggu belajar enam jam. Sementara yang
satu lagi dengan program intensif tiga bulan dimana kelasnya duabelas jam per
minggu. Kenalan baik saya memberikan masukan. Kelas intensif tiga bulan ini
memerlukan komitmen tingkat tinggi. Selain kelasnya tiga jam per hari, PR nya
banyak, ngak bisa main2 setelah kelas selesai harus pulang kerumah buat PR.
Pesertanya juga semuanya serius. Sebagian mereka adalah yang perlu bisa bahasa
Belanda karena pekerjaan atau menikah dengan pasangan orang Belanda sehingga
mereka memerlukannya untuk proses asimilasi. Sementara kursus yang per bulan,
disana saya akan bertemu teman2 pendatang baru di Amsterdam. Sesama newbie
pastinya lebih fun. Finally, I decided to enrol to a course in the city centre
of Amsterdam.
Kelas pemula bahasa Belanda yang saya ikuti seru banget. Muridnya ada
duabelas orang yg berasal dari duabelas negara yang berbeda! Orang Indonesia,
Filipina, Cina, Maroko, India, Swedia, Afrika Selatan, Brasil, Yunani, Inggris,
Romania dan Perancis. Hanya gurunya yang orang Belanda.
Apa yang mempermudah belajar bahasa ini? Banyak kata2 bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Belanda. Jadi ngak bolak-balik lihat kamus. Misalnya:
wortel, tauge, handuk, rekening, kulkas, knalpot, kantor, apotik, dosen, masih
banyak lagi...
Banyak juga kata2 bahasa Belanda yang mirip atau diambil dari bahasa
lain, misalnya Inggris atau Perancis. Sekali lagi, ini bikin saya irit ngak
perlu cek Google Translate. Misalnya paraplu (parapluie = payung).
Bagian yang bikin pusing? Pertamakali belajar soal jam. Sebenarnya
mirip bahasa Indonesia, jam 3.30 dibilangnya jam setengah empat. Tapi yang
pusing kalo jam 6.25. Masa dibilang "lima kurang setengah tujuh”.
The lesson is how to survive in daily life: perkenalan, belanja di pasar,
bikin janji, pesan makanan di restoran, dll. Setiap sesi, pasti kami di cek
dengan pertanyaan2 lisan sama bu guru, pertanyaan lisan ini sembari ngetes
kemampuan conversation masing murid. Setiap hari ada PR! Di akhir program ada
ujian tertulis dan kami diberikan sertifikat dan rapot berisi angka prestasi
masing2.
|
Mari belajar bahasa Belanda |
Selain pelajaran teori di kelas, kami juga ada field trip yang
merupakan praktek lisan bahasa Belanda dengan orang-orang sekitar. Field trip
juga merupakan kesempatan untuk explore kota Amsterdam. Kami jalan disalah satu
sudut kota, sambil memecahkan kuis yang diberikan. Kuis dijawab dengan keadaan
di sekeliling kota, dan bertanya dengan orang sekitar. Iya, tanya dengan bahasa
Belanda! Seru! Ada juga kecewanya, karena tidak semua orang disini ramah
menerima pertanyaan. Mengerti kalau mereka sibuk, jadi ngak mau diganggu. Tapi
hal itu ngak mematahkan semangat. Karena lebih banyak orang2 yang baik dan
senang sekali ditanya, malah kami gantian diinterview: kalian dari mana, berapa
lama tinggal disini, belajar bahasa Belanda ya, mudah kan?
Di akhir field trip, kami mengumpulkan jawaban per kelompok. It was not
too bad, kelompok saya dapat juara ke 2! Secara pada saat itu kami baru
seminggu belajar bahasa Belanda, juara 2 udah pencapaian maksimal.
Apa motivasi saya belajar bahasa ini?
A. Untuk mempermudah urusan sehari2
B. Suka belajar bahasa asing
C. Untuk bekal masa depan: sekolah/kerja
D. Isi waktu dengan kegiatan positif
E. Cari teman baru
F. Semua benar
Senang dapat teman2 baru. Sepulang les dengan beberapa teman kami bisa
jalan bareng ke halte Tram/Bus. Kami ngobrol ngalor ngidul tentang pelajaran
hari itu, kesan/pesan tinggal disini, tempat makanan enak, dll. Kadang kami
memutuskan untuk makan siang bareng, misalnya makan ramen panas disaat cuaca
2°C disiang hari, hujan rintik2 dan angin semilir. Indomie mana Indomie?
-------